Puncak Musim Hujan di Yogyakarta dan Jateng pada Januari ...
ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memberikan keterangan pers di Kantor BMKG Yogyakarta, Slem…
ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memberikan keterangan pers di Kantor BMKG Yogyakarta, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (1/12/2017). Berdasarkan hasil pemantauan Stasiun Klimatologi, BMKG merilis posisi terakhir siklon tropis Dahlia mulai menjauh dari wilayah Indonesia hari ini, t api tetap meminta masyarakat untuk waspada karena masih ada beberapa dampak yang berpotensi muncul mempengaruhi kondisi cuaca.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Dwikorita Karnawati meminta warga di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan curah hujan. Sebab, kata dia, hujan deras yang mengakibatkan banjir dan longsor di Yogyakarta beberapa waktu lalu, baru awal musim hujan.
"Jadi ini masih awal musim hujan, puncaknya (musim hujan) di DIY dan Jawa Tengah itu adalah bulan Januari sampai Februari (2018)," kata Dwikorita usai meninjau lokasi bencana banjir di kantor Desa Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (2/12/2017).
Menurut Dwikorita, curah dan intensitas hujan seperti yang terjadi di Yogyak arta beberapa waktu lalu mungkin bisa terulang lagi. Adapun prediksi puncak hujan itu berdasarkan pengamatan data satelit dan radar BMKG yang tersebar di wilayah Indonesia.
Dari data-data yang dihimpun itulah, kata dia, terdeteksi puncak hujan baru terjadi Januari-Februari 2018.
"Sebetulnya saya tidak ingin menyampaikan ini, tapi beberapa hari lalu kami sempat beri peringatan dini adanya bibit siklon tropis (Cempaka) dan itu terjadi yang mengakibatkan hujan yang ekstrem sehingga menimbulkan banjir dan longsor sampai angin ribut," kata Dwikorita.
Baca juga : Bencana Landa Yogya dan Sekitarnya, Gubernur Tetapkan Status Siaga Darurat
Cahyo Alkantana Goa Jomblang di Gunungkidul, Yogyakarta banjir hingga air mengisi seluruh permukaan goa.Meski demikian, Dwikori ta meminta warga tidak panik dengan adanya informasi tersebut. Peringatan itu, kata dia, juga menjadi petunjuk bagi pemerintah daerah untuk melakukan mitigasi bencana.Hal senada juga dikatakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ia meminta informasi itu harus membuat warga lebih siap dalam menghadapi curah hujan yang intensitasnya jauh lebih tinggi.
Baca juga : Gubernur DIY Tingkatkan Status Siaga Jadi Tanggap Darurat Bencana
KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau kondisi pengungsi korban banjir di Desa Pan jatan, Kecamatan Panjata, Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (2/12/2017). Dalam kunjungannya ia menyampaikan masyarakat jika status kebencanaan di DIY meningkat dari siaga bencana menjadi tanggap bencana.Ia mencontohkan warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi. Menurutnya, warga di sana selalu siap jika terjadi sesuatu terhadap Gunung Merapi. Warga setempat sudah tahu apa yang harus dilakukan jika Gunung Merapi mengeluarkan lahar."Dia punya sertifikat, harta kekayaan, dan pakaian itu dibundeli. Jadi begitu lahar keluar, mereka tinggal ngambil (harta)," kata Sultan.
"Masyarakat lereng Merapi melakukan hal seperti itu karena dibutuhkan kecepatan untuk bisa selamat. Ini sekedar bentuk kehati-hatian, mau ditiru monggo. Jangan sampai ada kejadian (bencana), (warga) masih mencari barang," tambah dia.
Kompas TV Sri Sultan Hamengkubuwono ke-X menetapkan DIY dalam status siaga darurat bencana.
Tidak ada komentar