Kisah Cinta Bung Karno dan Ratu Tanpa Mahkota yang Akhirnya ...
Kisah Cinta Bung Karno dan Ratu Tanpa Mahkota yang Akhirnya Kapok Tinggal di Istana Selama bertahun-tahun Hartini Soekarno bagaikan ratu tanpa mahkota di Istana Bog…
Kisah Cinta Bung Karno dan Ratu Tanpa Mahkota yang Akhirnya Kapok Tinggal di Istana
Selama bertahun-tahun Hartini Soekarno bagaikan ratu tanpa mahkota di Istana Bogor.
IstimewaHartini dan SoekarnoBANGKAPOS.COM - Selama bertahun-tahun Hartini Soekarno bagaikan ratu tanpa mahkota di Istana Bogor. Tapi mengapa ia menolak seandainya diizinkan kembali tinggal di sana?
âWaktu itu Bapak mampir ke Salatiga, ketika mau buka (meresmikan) Masjid Syuhada di Yogyakarta," kenangnya mengenai awal pertemuannya dengan Bung Karno. "Saat kasih tangan (bersalaman), kok lama. Lalu Bapak bertanya, ' Rumahnya di mana? Anaknya berapa? Suami?'"
Bagi Bung Kamo pun pertemuan itu meninggalkan kesan mendalam, sehingga ia mengirimkan orang suruhan dan surat untuk Hartini. Rupanya hati keduanya sudah saling bertaut.
Baca: Istri ke-9 Soekarno Masih Cantik Bak Bidadari, Padahal Usianya Sudah 80 Tahun Lo!
Toh memutuskan mau menjadi pendamping orang nomor 1 di Indonesia saat itu bukanlah sesuatu yang mudah bagi wanita sederhana ini.
"Saya minta restu dulu pada orang tua. Kata orang tua saya, 'Dimadu itu abot (berat), biarpun oleh raja atau presiden. Pikirkan dulu, tidak gampang. Opo kowe kuat?'" kisahnya.
Setelah dua tahun, akhirnya Hartini memutuskan menerima pinangan Bung Karno dengan segala konsekuensinya. "Tapi dengan syarat: Ibu Fat tetap first lady, saya istri kedua. Saya tidak mau Ibu Fat diceraikan, karena kami sama-sama wanita," sambungnya.
"Be rsilat" di Ruang Raja
Akhirnya, mereka menikah pada tanggal 7 Juli 1952. Perbedaan usia di antara keduanya 23 tahun. Dua tahun setelah menikah, Hartini diboyong ke Bogor. Saat itu, menurutnya, kondisi Istana Bogor baik sekali, karena Bung Karno sering mampir ke sana, sekalian juga ke Istana Cipanas.
Namun Hartini tidak tinggal di istana. "Kami tinggal di paviliun. Hanya kalau ada tamu, kami ke atas (ke istana). Setelah acara selesai, kami pun pulang. Sekali-sekali kami makan atau tidur di sana, tetapi pada umumnya istana itu kosong."
Halaman selanjutnya 1234
Tidak ada komentar