Menikmati Pesta Ya'ahowu di Nias - Warta 24 Maluku Utara
GRID_STYLE

Post/Page

Weather Location

{fbt_classic_header}
www.uhamka.ac.id/reg

Menikmati Pesta Ya'ahowu di Nias

Menikmati Pesta Ya'ahowu di Nias

UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL …

Menikmati Pesta Ya'ahowu di Nias

UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
Pertunjukan tari perang pada Festival Ya'ahowu di Teluk Dalam, Nias Selatan, Sumatera Utara, tahun lalu.
Pertunjukan tari perang pada Festival Ya'ahowu di Teluk Dalam, Nias Selatan, Sumatera Utara, tahun lalu.
© Anges van der Logt /Shutterstock

Pesta Ya'ahowu Kepulauan Nias 2017 telah digelar di Kota Gunungsitoli, Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara, pada 23-26 November 2017. Tujuannya memperkenalkan dan melestarikan budaya masyarakat Nias. Pun sebagai sarana promosi sekaligus meningkatkan kunjungan pelancong lokal dan mancanegara, dengan target 25.000 orang.

Apa saja rangkaian acara yang ditampilkan?

Pesta Ya'ahowu berpusat di dua tempat, yakni Taman Ya'ahowu dan Lapangan Merdeka Gunungsitoli.

Selama lima hari, masing-masing kabupaten dan kota di Nias menampilkan keragaman daerahnya. Di antaranya pawai budaya dan aktraksi seni, seperti tari perang (faluaya), tari moyo, tari maena, juga pertunjukan seni tradisi Nias lainnya yang diperagakan oleh "ono niha"--sebutan bagi orang Nias.

Seluruh kegiatan diikuti para peserta dengan menggunakan pakaian adat bernuansa Nias,

Ada pula permainan rakyat seperti Rago Ue, Fafusi, Fabelugama dan Fabiri, serta atraksi lompat batu khas Nias yang disebut Fahombo. Selain itu diadakan juga festival seni pahat, kejuaraan dayung perahu tradisional, lomba permainan rakyat, pameran produk unggulan dan kuliner Nias serta hiburan rakyat.

Melansir keterangan laman Kementerian Pariwisata, acara dibuka di Taman Y a'ahowu pada Kamis sore (23/11) dengan pawai budaya dari berbagai daerah. Selanjutnya dilakukan pembukaan resmi lewat penyulutan api "Fondrako".

Fondrako adalah istilah dalam bahasa Nias, yang berarti tanda atau penanda dibukanya suatu "Owasa" (pesta besar) oleh seorang "Balugu" (kepala adat).

Acara kemudian dilanjutkan dengan berbagai atraksi kesenian, antara lain tari folaya ba gowasa, tari tuwu, tari maluaya, penampilan musik tradisional Nias, sosiodrama Fanaru Fakhe, dan fahombo.

Sebelumnya, pameran produk unggulan daerah, cinderamata dan kuliner khas Nias telah dibuka lebih dulu sejak pagi di tempat yang sama. Produk-produk unggulan yang dipamerkan antara lain hasil bumi dan pertanian, budidaya ikan laut dan tawar, suvenir kerajinan tangan, alat-alat musik tradisional, juga pameran alutsista.

Pada hari kedua, berlangsung Festival Seni Pahat di Lapangan Merdeka Gunungsitoli. Tema karya seni pahat dikaitkan dengan sejara h dan budaya Nias.

Jangan salah, meski belum terlalu dikenal, Suku Nias telah sejak lama menekuni seni pahat sebagai warisan budaya leluhur. Khususnya masyarakat Nias Selatan, diperkirakan telah mengenal seni pahat dan ukir kayu sekitar 800 tahun lalu.

Bahkan, mereka mengenal seni ukir batu sejak zaman Neolitikum. Karenanya tak heran, pengunjung yang hadir di acara tersebut mencapai ribuan orang.

Pada hari ketiga digelar lomba permainan rakyat dan hari keempat, berlangsung Lomba balap dayung perahu tradisional Nias. Perahu berjenis kayu, dan dihiasi motif Sobawalarasa lengkap dengan ornamen-ornamen khas Nias.

Sementara di hari terakhir, pelancong disuguhi Gunungsitoli Night sebagai pesta hiburan rakyat. Acara ini merupakan penutupan Pesta Ya'ahowu sekaligus memperingati hari jadi ke-9 Pemerintah Kota Gunungsitoli.

Saat ini kawasan Nias dianggap masih tertinggal. Oleh karena itu penyelenggaraan acara tersebut diharapkan bisa mengangkat Nias menj adi destinasi wisata unggulan di dunia.

Sebab, Ya'ahowu sendiri bermakna persaudaraan (dalam damai) yang dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.

"Konsep Ya'ahowu ini kaya akan budaya. Jadi kami tampilkan semuanya termasuk pariwisata. Hal ini diakibatkan perkembangan zaman dan banyak budaya yang hampir dilupakan dan sudah kebarat-baratan," ungkap Wali Kota Gunungsitoli, Lakhomizaro Zebua dikutip Beritasatu.com.

Lompat batu, salah satu tradisi di Nias yang menarik perhatian banyak wisatawan untuk datang ke kawasan tersebut.
Lompat batu, salah satu tradisi di Nias yang menarik perhatian banyak wisatawan untuk datang ke kawasan tersebut.
© Anges van der Logt /Shutterstock

Terlebih lagi, Kepulauan Nias selama ini telah dikenal pelancong dengan keunikan budaya dan keindahan alamnya. Antara lain atraksi lompat batu sekaligus suku budaya megalitikum tertua di Indonesia, serta memiliki pantai dan ombak yang menjadi favorit peselancar kelas dunia.

Selain itu, acara yang didukung oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tersebut pertama kalinya melibatkan kelima daerah otonomi di Kepulauan Nias.

Sebelumnya, festival budaya, seni, adat, dan tradisi tersebut dilaksanakan oleh masing-masing daerah, dan sempat terhenti lama sejak perhelatan tahun 2006 hingga kembali dimulai tahun 2016 di Kabupaten Nias Selatan.

"Kemajuan pariwisata tidak bisa dilaksanakan sendiri-sendiri, harus melibat semua unsur masyarakat dalam kekuatan Pentahelix (akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media) dalam semangat kebersamaan Indonesia Incorporated," Demikian ucap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (BP3N) Kem enpar, Esthy Reko Astuti pada KompasTravel.

Nias juga terkenal di kalangan peselancar dunia karena ombaknya yang ganas dan menantang, seperti tampak di Pantai Sorake ini.
Nias juga terkenal di kalangan peselancar dunia karena ombaknya yang ganas dan menantang, seperti tampak di Pantai Sorake ini.
© Anges van der Logt /Shutterstock

Anda yang tak keburu melancong ke Nias untuk menghadiri Pesta Ya'ahowu jangan khawatir. Rencananya, pemerintah setempat akan menggelar kejuaraan selancar pada akhir Desember 2017.

Tujuannya memperkenalkan Pantai Sorake di Nias Selatan, yang mendunia dengan ombak ganas serta menjadi lokasi selancar terbaik dunia kedua setelah Pantai Hawaii di AS. Uniknya, pelaksanaan akan dilakukan malam hari.

Untuk menyambangi Nias, alternatif tercepat menggunakan pesawat. Anda bisa menuju Bandara Binaka Gunungsitoli melalui transit di Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan, dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 45 menit hingga 1 jam.

Saat ini juga semakin banyak penginapan yang tersedia di Nias, namun jangan berharap memiliki fasilitas seperti hotel-hotel berbintang di kota besar. Tarifnya mulai Rp200.000-an per malam seperti yang bisa dilihat di situs Airbnb.

Sumber: Google News | Warta 24 Nias Selatan

Tidak ada komentar