Di Salatiga, Istilah "Trilogi Pembangunan" ala Orde Baru Muncul Lagi
Arsip Humas Pemkot Salatiga Wakil Wali Kota Salatiga Muh Haris berbicara dalam Seminar Ketahanan Ekonomi dalam Rangka Penguatan Sumber Daya Alam sebaga…

SALATIGA, KOMPAS.com - Istilah " Trilogi Pemba ngunan" pada zaman Orde Baru kerap disebut setiap kali pejabat memberikan sambutan. Namun, sejak keruntuhan Orde Baru tahun 1998, frasa itu pun ikut hilang bak ditelan bumi.
Namun, dalam acara "Seminar Ketahanan Ekonomi dalam Rangka Penguatan Sumber Daya Alam sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan" yang digelar Badan Kesbangpol Kota Salatiga, di Ruang Kalitaman Setda Kota Salatiga, Rabu (29/11/2017) siang, kata-kata itu muncul lagi.
Adalah Wakil Wali Kota Salatiga Muh Haris, orang yang sengaja mengingatkan lagi filosofi "Trilogi Pembangunan", saat menyampaikan sambutan.
"Kita sudah lama tidak mendengar istilah Trilogi Pembangunan, yaitu berisi tentang stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan keadilan nasional. Sekarang ini kita disibukkan dengan pesta demokrasi di tiap level, dari pilihan wali kota, legislatif, gubernur, dan presiden," kata Muh Haris.
Menurut dia, formulasi pembangunan pada era pemerintahan Presid en kedua RI Soeharto itu masih jitu untuk mengatasi gejolak politik saat ini yang kerap mengganggu kinerja pemerintahan.
"Situasi politik jika terus-menerus bergejolak maka pembangunan tidak akan maksimal. Ada relevannya jika hal tersebut disuarakan lagi dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan sekarang ini," jelasnya.
Baca juga: Salatiga Berpredikat Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Wali Kota Ucapkan Terima Kasih ke Para Guru
Dalam kesempatan itu pula, Muh Haris berharap pelaku UMKM Kota Salatiga yang hadir di ruangan itu ikut membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan di Kota Salatiga.
Dia menambahkan, kendati angka kemiskinan di Salatiga merupakan yang terkecil di Jawa Tengah yaitu 5,24 persen, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan upaya untuk meminimalisasi angka kemiskinan.
"Oleh karenanya, saya mengajak kepada para pelaku UMKM dan ibu-ibu PKK di Kota Salatiga membantu menurunkan menjadi 4,7 pers en dalam kurun waktu lima tahun ke depan," ajaknya.
Dia juga mengingatkan bahwa Salatiga saat ini menduduki peringkat ke-17 tingkat nasional daerah dengan warga cebol paling banyak. Hal itu juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih relatif rendah.
Sebab, menurut badan internasional, orang berbadan pendek sebenarnya disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi.
"Ini menjadi peringatan bagi kita untuk terus meningkatkan ketahanan pangan di kota kita tercinta ini," ujar dia.
Kompas TV Pemandangan indah dari lembah hingga persawahan tersaji di ruas jalan tol yang mencapai 17, 6 kilometer.Terkini Lainnya

Kontras: Jangan Ada Intimidasi Dalam Pemeriksaan Saksi Kasus La Gode
Nasional 02/12/2017, 10:00 WIB
Banjir dan Longsor di Flores, Dua Desa Lumpuh Tota l
Regional 02/12/2017, 09:29 WIB
Disiksa dan Menggelandang di Jakarta, Perempuan Ini Akhirnya Bertemu Keluarga
Megapolitan 02/12/2017, 09:10 WIB
Bupati Sukoharjo: Soal Bakal Cagub Jateng Itu Kewenangan Megawati
Regional 02/12/2017, 08:58 WIB
Fadli Zon: Reuni 212 Kegiatan yang Dijamin Konstitusi
Nasional 02/12/2017, 08:50 WIB
"Yacht" Asing Turut Ramaikan Sail Sabang 2017
Regional 02/12/2017, 08:44 WIB
Penjara di Sumut Overkapasitas, Peran dari Masyarakat Juga Diperlukan
Regional 02/12/2017, 08:18 WIB
Pengamat: Dedi Mulyadi Jadi Sekjen Golkar Itu Realistis
Regional 02/12/2017, 07:58 WIB
Terpeleset di Sungai, Rizky Ditemukan Tewas di Pantai Utara Sayung
Regional 02/12/2017, 06:16 WIB
Ini Penyebab Banjir di Gunungkidul Airnya Jernih
Regional 02/12/2017, 06:03 WIB
Cuaca Buruk Tak Surutkan Antusiasme Warga Berlibur ke Sabang
Regional 02/12/2017, 05:42 WIBBMKG Rekam Dua Bibit Siklon Tropis Selain Dahlia
Regional 02/12/2017, 05:21 WIB
Kata Sandiaga, Swasta Tertarik Biayai DP 0 Rupiah Berbasis Syariah
Megapolitan 02/12/2017, 05:06 WIB
Tidak ada komentar